Waktu
SD pasti kamu sering banget main sama temen-temen. Malah kadang
banyakan mainnya daripada belajarnya. Ada beberapa mainan yang pasti
kamu kangenin banget buat dimainin lagi bareng temen-temen SD dulu.
1. Baju-bajuan
Tuker-tukeran baju boneka sama temen dan bikin perabot rumah tangga dari kardus pasta gigi.
2. Parasut
Rela naik ke lantai atas rumah, atas pohon, bahkan genteng buat nerbangin mainan parasut ini.
3. Biji karet aduan
Kalau biji karet andalan yang menang, tangan berdarah karena kena kulitnya juga nggak akan berasa.
4. Kumang
Kumang termasuk hewan paling kuat, karena tiap disuruh keluar sama tuan-nya dengan cara disembur napas
HAAHHHH! Kumang tetap berhasil bertahan hidup dari bau nggak sedap itu.
5. Kertas surat/binder
Ada yang sampe nggak rela nulis catatan pake kertas koleksinya ini cuma karena ada gambar kartun favoritnya.
6. Tazos
Mainan hadiah dari snack ini bisa disusun jadi bentuk tertentu, bisa juga diadu, atau dilempar semacam shuriken ninja.
7. Kartu gambar
Kalau gambar di kartunya bagus, suka sayang dan nggak mau dimainin.
8. Gimbot
Dengan
ngasih 500 perak ke abang-abangnya bisa main beberapa menit atau
beberapa permainan. Ada juga gimbot yang ngeselin kalau kita kalah malah
bilang, Bego lu!
Sabtu, 01 Desember 2012
permainan SD yang ngangenin
Diposting oleh Irna Sari di 06.53kendaraan umum yang hilang di jakarta
Diposting oleh Irna Sari di 06.47Kota
Jakarta hari ini, penuh dengan suara klakson bus kota, Metro Mini atau
Kopaja, angkutan kota, bajaj, ojek sepeda motor hingga seliweran bus
TransJakarta. Ingatkah Anda macam transportasi yang berseliweran di
Jakarta pada zaman baheula ?
Dan berikut adalah kendaraan yang 'punah' dari belantara jakarta..
1.Becak
Quote:
Pada
1950-an becak merupakan salah satu 'primadona' transportasi di Jakarta.
Firman Lubis dalam buku 'Jakarta 1950-an, Kenangan Semasa Remaja'
menyebut sekitar 25 ribu becak terdapat di Ibukota pada 1951. Sedangkan
menurut sejarawan Susan Abeyasekere dalam bukunya, 'Jakarta: A History',
pada tahun 1970 terdapat 92.650 becak yang terdaftar di Jakarta.
Diperkirakan jika dijumlah dengan becak yang tidak terdaftar, maka
angkanya bisa mencapai 150 ribu.
Saking banyaknya becak di
Jakarta, tak jarang alat transportasi beroda tiga ini dilibatkan dalam
festival dan perayaan lainnya. Misalnya saja dalam perayaan HUT
Kemerdekaan tiap 17 Agustus, becak dihias dan berpawai keliling Jakarta.
Menjelang Pemilu 1955 pun becak diberdayakan untuk keperluan kampanye.
Namun
seiring semakin padatnya jalan Ibukota dengan kendaraan lain, becak pun
perlahan tersingkir. Karena jalannya yang lamban, becak dinilai bisa
mengganggu lalu lintas perkotaan. Becak kemudian dilarang beroperasi di
Jakarta. Alasannya becak dinilai sebagai alat transportasi yang
mengeksploitasi manusia atas manusia.
2. Helicak
Quote:
Helicak
merupakan gabungan kata helikopter dan becak. Dinamakan demikian karena
bentuknya yang mirip kedua alat transportasi tersebut. Helicak pertama
kali diluncurkan di Jakarta pada Maret 1971, saat pemerintahan Gubernur
Ali Sadikin.
Seperti becak, penumpang duduk di dalam kabin dengan
kerangka besi dan serat kaca yang ada di bagian depan. Penumpang
dipastikan terlindung dari panas, hujan, maupun debu jalanan. Kabin itu
hanya muat dua penumpang dewasa. Sedangkan pengemudinya ada di bagian
belakang.
Mesin dan bodi utama kendaraan ini adalah skuter
Lambretta dengan mesin 150 CC yang didatangkan dari Italia. Ada 400 unit
helicak saat diluncurkan pertama kali di Jakarta. Harga satu unit
helicak saat itu adalah Rp 400 ribu. Dan saat terakhir diimpor tahun
1979, harganya Rp 525 ribu per unit.
Namun kendaraan ini dinilai
tidak aman karena jika terjadi kecelakaan, maka penumpangnya duluan yang
menjadi korban. Selain itu, sopir helicak akan kepanasan saat matahari
bersinar terik dan basah kuyub saat hujan turun. Karena itu, pengusaha
transportasi lebih memilih menggunakan bajaj yang belakangan muncul,
sehingga helicak terpinggirkan. Kendaraan ini dilarang untuk
dioperasikan oleh Pemda DKI pada 1987.
3. Oplet
Quote:
Oplet
berarti mobil penumpang ukuran kecil. Nah, mobil yang digunakan sebagai
oplet adalah sedan buatan Inggris dengan ban yang telah dimodifikasi.
Austin adalah merek lain yang digunakan sebagai oplet, sehingga oplet
kadang disebut 'ostin' oleh orang awam.
Ada yang mengatakan kata oplet berasal dari nama Chevrolet atau Opel. Ada pula yang menyebut oplet berasal dari kata auto let.
Kendaraan
ini beroperasi di Jakarta sejak 1930. Mulanya operasi oplet terbatas di
daerah Jakarta Timur. Namun kemudian meluas ke daerah lain dengan izin
trayek resmi.
Oplet dibagi menjadi dua 'ruangan'. Ruang pertama
di bagian depan adalah untuk sopir dan seorang penumpang. Ruangan kedua
adalah untuk penumpang. Lantai di ruangan penumpang terbuat dari kayu,
dengan atap dari seng dan rangka kayu. Sedangkan jendela oplet terbuat
dari kayu dan plastik yang dibentangkan dan bisa dinaik-turunkan.
Pada
tahun 1960-an dan 1970-an oplet merupakan kendaraan umum paling populer
di Jakarta. Sebab pada saat itu bus ukuran sedang dan besar masih
jarang. Namun menjelang 1980, trayek-trayek mikrolet mulai dihapus dan
digantikan fungsinya oleh kendaraan lain seperti Mikrolet, Metro Mini,
dan Koperasi Wahana Kalpika (KWK).
4. Delman
Quote:
Delman
merupakan kereta dengan dua roda yang ditarik kuda. Nama Delman berasal
dari nama penemunya, Ir Charles Theodore Deeleman. Dia adalah insinyur
dan juga ahli irigasi yang memiliki bengkel besi di pesisir Batavia
(Jakarta sekarang).
Seorang kusir duduk di depan mengendalikan
jalannya kuda yang menarik delman. Sedangkan penumpang duduk di dalam,
di belakang kusir, dengan duduk berhadap-hadapan. Meski kebanyakan
delman merupakan sewaan namun ada juga yang merupakan milik pribadi.
Delman
di Jakarta dibuat oleh pabrik-pabrik khusus, salah satunya terletak di
Jl Gadjah Mada. Pabrik karoseri delman disebut wagenmakerij yang juga
melayani pembuatan dan pemasangan tapal kuda. Tempat ini juga menjadi
bengkel delman. Mulanya, delman menggunakan ban besi. Namun setelah
jalanan diaspal, ban kuda berganti dengan karet.
Dulu, Delman
juga digunakan sebagai media promosi film yang tengah diputar.
Poster-poster film dipajang di delman yang berkeliling kota. Pengumuman
jadwal pemutaran film dan tabuhan genderang dan tambur bertalu-talu plus
bunyi bel membuat kendaraan ini menarik perhatian massa.
Karena
kendaraan ini relatif lambat berjalannya dan kotoran kuda bergelimpangan
di jalan, perlahan delman mulai ditinggalkan warga Jakarta.
5. Trem
Quote:
Trem
sudah ada di Batavia (nama Jakarta kala itu) sejak pertengahan 1800
hingga 1900-an. Mulanya trem kuda yang mampu mengangkut 40 orang hadir
pada 1869. Keberadaan trem kuda ditulis dalam buku 'Kisah Betawi Tempo
Doeloe: Robin Hood Betawi' karya Alwi Shahab.
Seiring
perkembangan teknologi, keberadaan trem kuda lantas digantikan dengan
trem uap yang muncul sekitar 1881. Lokomotif yang dijalankan dengan
ketel uap menggantikan keberadaan kuda yang menarik trem sehingga
memiliki rute yang lebih panjang.
Kala itu trem uap melintas dari
Pasar Ikan sampai Jatinegara. Pasar Baru, Gunung Sahari, Kramat,
Salemba, dan Matraman adalah kawasan yang dilintasi alat transportasi
ini.
Kemudian pada 1900, teknologi terbaru ditemukan sehingga
meminggirkan trem uap dan menggantikannya dengan trem listrik. Pada
1950-an ada sekitar 5 lin (dari bahasa belanda lijn yang berarti
lintasan) di Jakarta. Lin-lin itu antara lain melintasi Kampung Melayu,
Jalan Cut Mutia, Jalan Tanah Abang Raya (sekarang Jalan Abdul Muis),
Harmoni, dan Pasar Ikan.
Operasi trem ini kemudian dihentikan
pada 1959. Tidak jelas mengapa pengoperasian alat transportasi ini
dihentikan. Firman Lubis yang merupakan anak Betawi, penulis buku
'Jakarta 1950-an, Kenangan Semasa Remaja' menduga trem sulit
dioperasikan atau karena tidak ada dana untuk merawat dan
meremajakannya.
6. Bus Tingkat
Quote:
Bus
tingkat adalah bus dengan dua lantai, di atas dan di bawah. Dengan bus
tingkat alias bus tempel ini maka penumpang yang diangkut bisa mencapai
dua kali lipat.
Namun bus ini dinilai tidak stabil lantaran
posisi titik beratnya tinggi, sehingga hanya sesuai dengan kondisi jalan
yang datar. Selain itu, penumpang berkebutuhan khusus juga sulit untuk
naik ke lantai dua. Kelemahan lain bus ini adalah karena jalannya yang
lambat.
Beberapa jurusan bus tingkat yang pernah beroperasi di
Jakarta antara lain Senen - Blok M, Blok M - Pulo Gadung, dan Blok M -
Kota.
Seiring perkembangan pembangunan di Jakarta, tidak semua
jalan 'ramah' pada bus model doubledecker itu. Karena tinggi, bus itu
bisa menyangkut di terowongan. Selain itu konon sistem mesin di belakang
mengakibatkan mudah terbakar.
Kini, bus tingkat di Jakarta sudah
'almarhum'. Namun badannya masih bisa anda temui antara lain di kawasan
terminal Blok M, Jakarta Selatan. Bus tingkat dijadikan distro pakaian.
SEJARAH KABUPATEN LEBAK
Diposting oleh Irna Sari di 06.39
Sebagai bagian dari wilayah Kesultanan Banten, Kabupaten Lebak dengan luas Wilayah 304.472 Ha, sejarahnya tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kesultanan Banten.
Berkaitan dengan Hari Jadi Kabupaten Lebak yang jatuh pada tanggal 2 Desember 1828, terdapat beberapa catatan sejarah yang menjadi dasar pertimbangan, antara lain :
1.Pembagian Wilayah Kesultanan Banten
Pada tanggal 19 Maret 1813, Kesultanan Banten dibagi 4 wilayah yaitu :
- Wilayah Banten Lor
- Wilayah Banten Kulon
- Wilayah Banten Tengah
- Wilayah Banten Kidul
Ibukota Wilayah Banten Kidul terletak di Cilangkahan dan pemerintahannya dipimpin oleh Bupati yang diangkat oleh Gubernur Jendral Inggris (RAFFLES) yaitu TUMENGGUNG SURADILAGA.
2. Pembagian Wilayah Keresidenan Banten
Berdasarkan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Nomor 1, Staatsblad Nomor 81 tahun 1828, Wilayah Keresidenan Banten dibagi menjadi 3 (tiga) Kabupaten yaitu :
- Kabupaten Serang
- Kabupaten Caringin
- Kabupaten Lebak
Wilayah Kabupaten Lebak, berdasarkan pembagian diatas memiliki batas-batas yang meliputi District dan Onderdistrict yaitu :
a. District Sajira, yang terdiri dari Onderdistrict Ciangsa, Somang dan Onderdistrict Sajira,
b. District Lebak Parahiang, yang terdiri dari Onderdistrict Koncang dan Lebak Parahiang.
c. District Parungkujang, yang terdiri dari Onderdistrict Parungkujang dan Kosek,
d. District Madhoor (Madur) yang terdiri dari Onderdisrict Binuangeun, Sawarna dan Onderdistrict Madhoor (Madur).
3. Pemindahan Ibukota Kabupaten Lebak
Pada tahun 1851, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, nomor 15 tanggal 17 Januari 1849, Ibukota Kabupaten Lebak yang saat itu berada di Warunggunung dipindahkan ke Rangkasbitung. Pelaksanaan pemindahannya secara resmi baru dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 1851.
4. Perubahan Wilayah Kabupaten Lebak
Wilayah Kabupaten Lebak yang pada tahun 1828 memiliki District, dengan terbitnya Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 29 Oktober 1828, Staatsblad nomor 266 tahun 1828, diubah menjadi :
- District Rangkasbitung, meliputi Onderdistrict Rangkasbitung, Kolelet Wetan, Warunggunung dan Onderdistrict Cikulur.
- District Lebak, meliput Onderdistrict Lebak, Muncang, Cilaki dan Cikeuyeup.
- District Sajira meliputi Onderdistrict Sajira, Saijah, Candi dan Maja.
- District Parungkujang, meliputi Onderdistrict Parungkujang, Kumpay, Cileles dan Bojongmanik.
- District Cilangkahan, meliputi Onderdistrict Cilangkahan, Cipalabuh, Cihara dan Bayah.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 14 Agustus 1925, Staatsblad nomor 381 tahun 1925 Kabupaten Lebak menjadi daerah Pemerintahan yang berdiri sendiri dengan wilayah meliputi District Parungkujang, Rangkasbitung, Lebak dan Cilangkahan.
6. Tanggal 8 Agustus 1950
Undang-undang Nomor 14 tahun 1950 tentang Pembentukan daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat.
a. Tanggal 2 Desember 1828, berdasarkan Staatsblad Nomor 81 tahun 1828 merupakan titik awal pembentukan 3 (tiga) Kabupaten di wilayah bekas Kesultanan Banten dan nama Lebak mulai diabadikan menjadi nama Kabupaten dengan batas-batas wilayah yang lebih jelas sebagaimana tercantum dalam pembagian wilayah ke dalam District dan Onderdistrict (Kewedanaan dan Kecamatan). Walaupun terdapat perubahan nama dan penataan kembali wilayah District dan Onderdistrict tersebut, wilayah Kabupaten Lebak dalam perkembangan selanjutnya sebagaimana tertuang dalam Staatsblad nomor 226 tahun 1828, Staatsblad nomor 381 tahun 1925 dan Undang-undang nomor 14 tahun 1950, merupakan wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana adanya saat ini.
b. Tanggal 2 Desember 1828 yang bertepatan dengan saat diterbitkannya Staatsblad nomor 81 tahun1828, tidak dijadikan dasar penetapan sebagai Hari Jadi bagi dua Kabupaten lainnya, yaitu Kabupaten Serang dan Pandeglang.